Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

{ AYAH }

Gambar
  Ayah, Lihatlah suara cermin yang telah kau pecahkan menggema ditelingaku Ayah, Lihatlah seuntai senyumku yang selalu kau acuhkan Ayah,Lihatlah dan telusuri lebih dalam kedua netra miliku Apakah Engkau melihat secercah harapan dalam diriku ayah?  Apakah Engkau merasakan di dalam jiwaku tertanam dan menuai luka?  Ayah, Lihatlah langit itu akan runtuh menimpa diriku lalu menggoyak semua harapan yang telah ku rajut Engkau tau yah? Suara getaran langit yang telah runtuh seperti sebuah tamparan yang kau suguhkan tak lupa Engkau pun mematahkan sayap dalam diriku Setangkai bunga mawar penuh duri lebih baik menyayat fisik Tenggelam dalam palung terdalam lalu merenggut jiwaku akan lebih baik Sebab, Aku tak ingin merasa-rasai pedih nya sebuah luka batin kian menggangga

{ NELANGSA }

Gambar
Aku adalah jiwa nelangsa. Yang hadirnya diiringi tangis dan duka. Terbiasa berteman dengan lara, hingga teramat asing akan esensi harsa. Tawaku yang kau anggap candu ialah sebaik-baiknya seni dalam menyamarkan sendu.  Tangis,Kesedihan, dan Penderitaan merupakan sesuatu yang membuatku candu biarlah kau sebut aku manusia lemah, manusia pecundang, dan manusia abnormal. Tak apa karena sejatinya aku adalah aku pengendali diri sendiri kau tak berhak mengatur ku seperti seorang budak anggap sajalah dirimu seperti manusia sempurna yang tak luput dari dosa.  Lalu katamu, lembut suara ini membelai rungu, bahkan tanpa sungkan kau jadikan sebagai pengantar tidurmu. Namun tiada sesiapa yang tahu bahwa ia pernah begitu melirih menahan isak sesak kepedihan—memilih redam. Aku adalah badai menjelma ketenangan. Dalam diamku menyimpan gemuruh riuh kian bergejolak memporak-porandakan.  Terselip amarah yang mengarat dalam genggaman; melebur bersama api kebencian, sukar dilepaskan. Dan jikalau...

{ MAUT }

Gambar
  Aku bertemu dengan sang malaikat maut dengan cara luarbiasa Ia adalah pembawa kabar gembira yaitu kematian.  Wajahnya tak terdeskripsikan, tetapi Ia membawa sabilah sabit besar seolah-olah Ia akan mengayunkan ke hadapanku dan menebas isi dalam jemalaku.  Ketika aku melintasi dunia alam bawah, aku menggunakan kesempatan untuk bertanya kepadanya " Mengapa kau selalu membawa sabit itu?" Kemudian, ia menjawab dalam Keheningan dan senantiasa dalam dekapan nestapa  Sebelum berbisik,"Untuk menjagamu dari apa yang lebih buruk dari kematian". Selanjutnya, ia membisikkan sebuah kalimat yang membuat jiwaku serta ragaku ingin melebur ke dalam alam baka.  " Kehidupan yang telah kau jalani adalah ilusi. Perasaan sedih, nelangsa, bahagia semuanya adalah ilusi dan segala yang bernafas suatu saat akan kulenyapkan."  Jiwaku terhempas menghilang lenyap saat ia melontarkan sebuah petuah. Menghunus tajam ragaku lalu menggoyak  jiwaku tanpa perasaan. Diiringi dengan lantu...