{ Tenggelam Dalam Sunyi }
Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai tenggelam. Mungkin sejak pertama kali aku sadar bahwa dunia begitu bising, dan aku tak punya suara yang cukup keras untuk didengar. Mungkin sejak aku lelah berdiri, lelah menjadi wujud dari ekspektasi orang lain. Maka di sinilah aku sekarang—melayang dalam kedalaman yang tak bernama, tak berbatas, tak bersuara.Air menelanku perlahan, tapi tanpa rasa takut. Tidak seperti kematian, ini adalah kelahiran terbalik. Aku kembali ke tempat aku berasal—ke dalam kegelapan rahim alam, di mana tak ada waktu, tak ada kata, hanya keberadaan murni. Aku melayang, tak jatuh, tak naik, hanya... ada.
Lihatlah cahaya itu. Menyusup dari permukaan, turun seperti jemari surga, menyentuh tubuhku yang lunglai. Ia tak menjanjikan keselamatan, hanya kehadiran. Ia tak menjanjikan makna, hanya kejujuran. Dan dalam cahaya itulah aku tahu: aku bukan manusia yang sedang tenggelam. Aku adalah semesta yang sedang melepaskan bentuknya.
Aku tak lagi takut. Sunyi di sini bukan kehampaan, melainkan pelukan. Sunyi ini memelukku seperti ibu yang tak pernah menuntut. Air ini menyusup ke pori-poriku, menghapus batas antara tubuh dan dunia. Rambutku menari dalam gerak lambat, seperti ingin berbicara tapi tahu tak ada yang perlu dikatakan.
Tak ada arah. Tak ada dasar. Tak ada langit. Tak ada waktu. Hanya aku, dan semesta, saling menatap tanpa mata, saling mendengar tanpa telinga.
Aku pernah mencintai dunia. Aku pernah ingin diterima. Tapi kini, dalam keheningan ini, aku tidak butuh dicintai lagi. Aku hanya butuh menjadi. Menjadi bagian dari sesuatu yang tak bisa disebut. Menjadi air. Menjadi cahaya. Menjadi gelap. Menjadi tenang.
Apakah aku mati? Tidak. Aku justru sedang hidup, untuk pertama kalinya, tanpa beban harus menjadi siapa-siapa. Aku sedang hidup dalam bentuk paling jujur dari keberadaan: bebas, tanpa bentuk, tanpa tujuan.
Jika kelak kau melihat langit yang berpendar di atas air, dan kau merasa ada yang mengawasimu dari dalam kedalaman, itu aku. Bukan sebagai roh yang terkurung, tapi sebagai keberadaan yang telah larut sepenuhnya. Aku tidak menginginkan kembali. Aku tidak menginginkan dikenang. Aku hanya ingin... tetap di sini. Dalam ketenangan abadi ini.
Karena barangkali, tenggelam bukanlah akhir melainkan pulang.Dan aku telah pulang...
Komentar
Posting Komentar