Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

{ Ibu Maafkan Aku }

Gambar
  Maaf, Ibu… aku tahu aku telah mengecewakanmu, dan kata maaf ini mungkin tak cukup untuk menghapus luka yang sempat kuukir di hatimu Aku bisa melihatnya di matamu kekecewaan yang tak kau ucapkan, namun mengendap di setiap napasmu, di setiap doa yang kau lafalkan dengan air mata. Aku tahu harapanmu begitu tinggi padaku, kau relakan lelah dan waktu, kau kubur impianmu sendiri, hanya agar aku bisa menggapai mimpiku. Tapi aku malah terpeleset, terlalu sering tersesat, dan lebih memilih keras kepala daripada mendengar nasihatmu yang selalu benar pada akhirnya. Aku ingin kau tahu, Bu… tak ada satu haripun aku bangga mengecewakanmu. Tak ada satu malampun aku bisa tidur nyenyak tanpa dihantui rasa bersalah. Aku hanya… terlalu lemah, terlalu takut, dan mungkin terlalu bodoh untuk jadi anak yang kau banggakan. Namun di balik semua kegagalanku, aku tetap anakmu—yang selalu ingin kembali pulang, yang selalu ingin kau peluk meski basah oleh air mata penyesalan. Berilah aku kesempatan lagi, Bu…...

{ Hancur Tak Bersisa }

Gambar
  Aku tak tahu pasti kapan segalanya mulai runtuh. Mungkin saat aku berhenti percaya bahwa cinta bisa menyelamatkan segalanya, atau mungkin…  sejak aku mulai menipu diri sendiri bahwa aku baik-baik saja. Yang jelas, aku sudah terlalu lelah untuk pura-pura utuh. Dada ini sudah terlalu sering dihantam kecewa, hingga kini tak ada yang tersisa selain reruntuhan yang sunyi. Pecahan harapan berserakan, tajam, dan setiap kali aku mencoba memungutnya, aku justru melukai diriku sendiri lebih dalam. Aku hancur, bukan karena satu patah, tapi karena terlalu banyak luka kecil yang kupendam sendirian. Senyum yang kupakai adalah topeng, dan tawa yang kau dengar hanya gema dari kekosongan. Tak ada yang benar-benar mengerti betapa riuhnya kepalaku setiap malam, betapa hancurnya hatiku saat dunia mengharuskan aku tetap kuat padahal aku bahkan tak tahu caranya bertahan. Semua orang hanya melihatku berjalan, tanpa tahu aku sedang menyeret tubuh yang nyaris tak bernyawa. Semua orang hanya melihat ...

{ Tuhan Aku Lelah }

Gambar
  Tuhan, aku lelah terlalu lelah untuk terus tersenyum saat dunia hanya menyuguhkan luka yang tak pernah bisa benar-benar sembuh. Aku lelah, Tuhan, menyimpan tangis dalam dada yang tak pernah sempat tumpah karena semua orang butuh aku kuat, padahal aku hanya manusia biasa yang sering goyah di balik diam. Tuhan, aku lelah melangkah sendirian dalam gelap tanpa tahu arah tanpa tahu kapan semuanya akan reda. Kadang aku bertanya apakah Kau masih mendengarku di sela sunyi ini? Atau suaraku sudah terlalu pelan untuk Kau dengar di antara jutaan doa yang lebih nyaring? Aku tak meminta banyak, Tuhan hanya peluk sebentar atau tenang sesaat agar aku tahu bahwa aku belum sepenuhnya hilang bahwa meski aku jatuh berkali-kali masih ada Engkau yang tak pernah benar-benar pergi Tuhan, aku hanya lelah… dan ingin menangis di tempat yang tak menuntutku untuk sembuh Tuhan, aku hanya lelah… dan ingin menangis di tempat yang tak menuntutku untuk sembuh Di mana aku boleh runtuh tanpa ada yang bertanya kena...