Postingan

{ Pergilah, Tinggalkan Aku Tak Apa }

Gambar
  Pergilah, tinggalkan aku tak apa. Aku sudah terlalu lama belajar mencintai kehilangan dalam diam, mengakrabi luka-luka yang tak pernah kupilih, dan berdamai dengan kenyataan bahwa tidak semua yang kita jaga akan tinggal.Aku tahu, hatimu sudah bukan lagi rumah untukku. Tatapanmu telah lama kehilangan hangat, dan kata-katamu kini lebih banyak menyayat daripada menenangkan. Aku bukan lagi orang yang kau cari di tengah gelisahmu, bukan lagi pelabuhan tempatmu pulang dari badai. Dan tak apa. Sungguh, tak apa. Kita pernah indah, aku tahu. Pernah tertawa sampai lupa waktu, berbagi cerita hingga dini hari, saling menyebut nama seperti doa. Tapi keindahan, seperti bunga musim semi, kadang hanya datang sebentar untuk mengajarkan kita bahwa sesuatu bisa tumbuh meski tak ditakdirkan untuk bertahan.Jangan merasa bersalah. Cinta memang tidak pernah menjanjikan akan selamanya tinggal. Ia datang, menetap, lalu kadang pergi—tanpa sebab, tanpa alasan yang benar-benar bisa dimengerti. Aku telah bel...

{ Hampa }

Gambar
  Di keheningan malam hanya ada aku dan kehampaan yang menyelimuti diriku— seperti selimut tipis yang tak menghangatkan, hanya menambah dingin yang menusuk hingga tulang. Bintang-bintang enggan bicara malam ini, dan bulan seolah lupa caranya menyinari luka-luka yang kupendam dalam diam. Aku duduk di antara bayangan dan kenangan, menyusun napas yang terasa berat, mencoba memahami kesunyian yang kini menjadi satu-satunya teman setia. Langkah-langkah masa lalu bergema di dalam pikiranku, membawa kembali wajah-wajah yang pernah membuatku tersenyum— lalu pergi tanpa pamit, meninggalkan lubang sunyi yang tak bisa lagi kutambal dengan harapan. Hatiku, seperti jendela yang retak karena badai, masih berdiri, tapi tak lagi utuh. Dan malam... malam hanya menatapku dalam bisu, seolah paham betul bahwa aku sedang hancur pelan-pelan, tanpa suara, tanpa pelukan, hanya tangis yang tak sempat jatuh karena aku sudah terlalu kering untuk menangis lagi. Jika esok tak pernah datang, mungkin malam ini a...

{ Nestapa }

Gambar
  Aku dan nestapa selalu saja berjalan beriringan dan tak lupa aku selalu menyapa sejenak terhadap nestapa seolah kami kawan lama yang terlalu akrab untuk saling melupakan.Ia tak pernah absen, hadir di pagi yang kusut di malam yang menggigilmembisikkan kepedihan dengan suara selembut angin yang menusuk tulang Aku mencoba mengusirnya, berkali-kali dengan tawa palsu, dengan doa yang gemetar namun ia selalu tahu jalan pulang— menuju hatiku yang retak, menuju jiwa yang lelah bertahan Terkadang aku bertanya apa aku memang dilahirkan untuk bersahabat dengan luka? Apa hidupku tak pernah layak bahagia walau setitik saja? Nestapa duduk di sampingku saat senja mengusap bahuku sambil berkata, “Tak apa, biarkan dunia tak mengerti. Aku di sini, selalu.” Dan aku, yang terlalu letih untuk membantah hanya bisa menatap langit yang tak pernah menjawab sementara air mataku perlahan menyatu dengan diam yang paling dalam Langit tak pernah memberi jawaban hanya membentang luas seakan mengejek kecilnya a...

{ Ibu Maafkan Aku }

Gambar
  Maaf, Ibu… aku tahu aku telah mengecewakanmu, dan kata maaf ini mungkin tak cukup untuk menghapus luka yang sempat kuukir di hatimu Aku bisa melihatnya di matamu kekecewaan yang tak kau ucapkan, namun mengendap di setiap napasmu, di setiap doa yang kau lafalkan dengan air mata. Aku tahu harapanmu begitu tinggi padaku, kau relakan lelah dan waktu, kau kubur impianmu sendiri, hanya agar aku bisa menggapai mimpiku. Tapi aku malah terpeleset, terlalu sering tersesat, dan lebih memilih keras kepala daripada mendengar nasihatmu yang selalu benar pada akhirnya. Aku ingin kau tahu, Bu… tak ada satu haripun aku bangga mengecewakanmu. Tak ada satu malampun aku bisa tidur nyenyak tanpa dihantui rasa bersalah. Aku hanya… terlalu lemah, terlalu takut, dan mungkin terlalu bodoh untuk jadi anak yang kau banggakan. Namun di balik semua kegagalanku, aku tetap anakmu—yang selalu ingin kembali pulang, yang selalu ingin kau peluk meski basah oleh air mata penyesalan. Berilah aku kesempatan lagi, Bu…...

{ Hancur Tak Bersisa }

Gambar
  Aku tak tahu pasti kapan segalanya mulai runtuh. Mungkin saat aku berhenti percaya bahwa cinta bisa menyelamatkan segalanya, atau mungkin…  sejak aku mulai menipu diri sendiri bahwa aku baik-baik saja. Yang jelas, aku sudah terlalu lelah untuk pura-pura utuh. Dada ini sudah terlalu sering dihantam kecewa, hingga kini tak ada yang tersisa selain reruntuhan yang sunyi. Pecahan harapan berserakan, tajam, dan setiap kali aku mencoba memungutnya, aku justru melukai diriku sendiri lebih dalam. Aku hancur, bukan karena satu patah, tapi karena terlalu banyak luka kecil yang kupendam sendirian. Senyum yang kupakai adalah topeng, dan tawa yang kau dengar hanya gema dari kekosongan. Tak ada yang benar-benar mengerti betapa riuhnya kepalaku setiap malam, betapa hancurnya hatiku saat dunia mengharuskan aku tetap kuat padahal aku bahkan tak tahu caranya bertahan. Semua orang hanya melihatku berjalan, tanpa tahu aku sedang menyeret tubuh yang nyaris tak bernyawa. Semua orang hanya melihat ...

{ Tuhan Aku Lelah }

Gambar
  Tuhan, aku lelah terlalu lelah untuk terus tersenyum saat dunia hanya menyuguhkan luka yang tak pernah bisa benar-benar sembuh. Aku lelah, Tuhan, menyimpan tangis dalam dada yang tak pernah sempat tumpah karena semua orang butuh aku kuat, padahal aku hanya manusia biasa yang sering goyah di balik diam. Tuhan, aku lelah melangkah sendirian dalam gelap tanpa tahu arah tanpa tahu kapan semuanya akan reda. Kadang aku bertanya apakah Kau masih mendengarku di sela sunyi ini? Atau suaraku sudah terlalu pelan untuk Kau dengar di antara jutaan doa yang lebih nyaring? Aku tak meminta banyak, Tuhan hanya peluk sebentar atau tenang sesaat agar aku tahu bahwa aku belum sepenuhnya hilang bahwa meski aku jatuh berkali-kali masih ada Engkau yang tak pernah benar-benar pergi Tuhan, aku hanya lelah… dan ingin menangis di tempat yang tak menuntutku untuk sembuh Tuhan, aku hanya lelah… dan ingin menangis di tempat yang tak menuntutku untuk sembuh Di mana aku boleh runtuh tanpa ada yang bertanya kena...

{ Tenggelam Dalam Sunyi }

Gambar
  Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai tenggelam. Mungkin sejak pertama kali aku sadar bahwa dunia begitu bising, dan aku tak punya suara yang cukup keras untuk didengar. Mungkin sejak aku lelah berdiri, lelah menjadi wujud dari ekspektasi orang lain. Maka di sinilah aku sekarang—melayang dalam kedalaman yang tak bernama, tak berbatas, tak bersuara.Air menelanku perlahan, tapi tanpa rasa takut. Tidak seperti kematian, ini adalah kelahiran terbalik. Aku kembali ke tempat aku berasal—ke dalam kegelapan rahim alam, di mana tak ada waktu, tak ada kata, hanya keberadaan murni. Aku melayang, tak jatuh, tak naik, hanya... ada. Lihatlah cahaya itu. Menyusup dari permukaan, turun seperti jemari surga, menyentuh tubuhku yang lunglai. Ia tak menjanjikan keselamatan, hanya kehadiran. Ia tak menjanjikan makna, hanya kejujuran. Dan dalam cahaya itulah aku tahu: aku bukan manusia yang sedang tenggelam. Aku adalah semesta yang sedang melepaskan bentuknya. Aku tak lagi takut. Sunyi di sini bukan ke...

{ Perayaan Mati Rasa }

Gambar
  Aku duduk di antara keramaian yang riuh, tapi telingaku sepi. Mereka tertawa, bersulang, berpeluk, seolah dunia tak punya luka. Tapi aku? Aku hanya diam, mematung, menyaksikan pesta dari dalam diriku yang kosong. Ada semacam perayaan yang aneh di dalam dada ini. Bukan perayaan suka cita, bukan pula duka nestapa. Tapi pesta diam—pesta mati rasa. Seperti tubuh yang terbiasa terbakar dan akhirnya tak lagi merasa hangus. Seperti jiwa yang terlalu sering tenggelam, hingga air tak lagi dingin, tak lagi menakutkan. Dulu, setiap tawa bisa membuatku tersenyum. Setiap luka bisa membuatku menangis. Kini, tawa dan tangis hanya bunyi. Getar-getar hampa yang tak mampu menyentuh dasar perasaanku. Mungkin aku telah terlalu sering patah, terlalu sering kecewa, hingga tubuh ini memilih bertahan dengan mati rasa sebagai pelindungnya. Aneh ya, bagaimana manusia bisa berdansa di atas reruntuhan emosi? Aku pun ikut menari, meski langkahku kaku. Ikut tersenyum, meski wajahku hanya topeng. Aku jadi tamu...

{ ANXIETY }

Gambar
  Di hutan sunyi dalam benakku,   angin berbisik lirih dengan lidah tak bersahabat.   Ia menyulam sebuah  luka dari jarum waktu,   menusuk-nusuk hati yang lelah mendekap.   Langit pikiran meluruhkan malam,   bintang-bintang gugur jadi butiran gelisah.   Aku berjalan di antara bisikan kelam,   melewati lembah rasa takut yang membasah.   Kecemasan, engkau hadir bagai sebuah bayang-bayang,   menyelinap tanpa undangan,   di tiap jengkal ruang dan waktu yang tenang,   mengubah terang jadi kehampaan.   Jantungku berdetak seperti genderang perang,   irama yang tak pernah seirama.   Aku dihantui ribuan tanya tanpa jawaban,   dan sketsa bencana yang tak punya nama.   “Apa ini nyata?” tanyaku dalam diam,   namun sunyi menjawab dengan gema asing.   Aku terjebak, tertawan dalam ranjau khayalan,   di ma...

{ SKIZOFRENIA }

Gambar
A da sunyi di antara riuh,   Dalam gemuruh suara tanpa asal,   Aku mendengar namaku,   Diteriakkan dalam diam yang tak berbentuk. Satu langkah ke depan,   Dua langkah tersesat di bayang-bayang.   Aku memandang cermin dan melihat wajah,   Bukan milikku, bukan aku, namun ia ada di sana. “Siapa kamu?” tanyaku lirih,   Pada sosok yang meniru setiap gerakanku,   Yang tersenyum saat aku menangis,   Yang tertawa dalam sepi tanpa suara. Aku berbicara,   Namun jawaban datang dari arah lain,   Suara lembut, suara kasar,   Beradu, memecah menjadi bisikan samar-samar. "Aku adalah kamu," katanya pelan,   "Tapi aku bukan kamu," sambung yang lain,   Aku merasa terperangkap dalam persimpangan,   Di antara diriku dan aku yang tak kukenal. Siang bercampur malam di sini,   Hidup dan mati berdampingan erat,   Setiap rasa berbaur dalam absu...